Kamis, 13 Mei 2010

Budidaya Ulat Sutra


I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Usaha persuteraan alam telah lama dikenal sebagian masyarakat Indonesia. Kegiatan ini bersifat padat karya, tidak mutlak memerlukan ketrampilan khusus yang tinggi, menghasilkan produk dengan nilai ekonomi yang tinggi serta relatif cepat menghasilkan. Diharapkan kegiatan ini dapat dijadikan alternatif usaha dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan.

Dari rangkaian kegiatan persuteraan alam tersebut, dipandang dari aspek usaha sebenarnya dapat dibagi menjadi 2 atau 3 unit usaha yang masing-masing dapat berdiri menjadi unit usaha mandiri, yaitu usaha kebun murbei sebagai pemasok pakan ulat sutera, kemudian usaha pemeliharaan ulat sutera untuk menghasilkan kokon sutera dan usaha pemintalan kokon menjadi benang sutera siap tenun.
Sejalan dengan hal tersebut pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk meningkatkan persuteraan alam nasional melalui pembinaan dan penyuluhan juga berupa pemberian kredit persuteraan alam.

2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan proposal ini bertujuan untuk memberikan gambaran singkat mengenai budidaya murbei, pemeliharaan ulat sutera, prospek dan peluang usaha persuteraan alam bagi masyarakat.

II. BUDIDAYA MURBEI
Mengenal Tanaman Murbei ( Morus sp)
Tanaman murbei berbentuk semak/perdu dengan ketinggian sekitar 5-6 m. Tanaman murbei dapat juga berbentuk seperti pohon yang tingginya dapat mencapai 20-25 m bahkan untuk spesies Morus macruora dapat mencapai ketinggian sekitar 35 m.
Warna batang murbei bermacam-macam tergantung spesiesnya yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Tanaman murbei memiliki percabangan banyak yang arahnya tegak, mendatar dan menggantung. Batan, cabang, dan ranting tanaman murbei tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.
Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam tergantung jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, agak berlekuk dan ada yang tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dan ujung daun meruncing atau membulat. Permukaan daun ada yang halus mengkilap, ada yang kasab atau agak kasab.
Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek umumnya tidak memiliki akar tunggang tetapi tampak ada akar yang tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang. Dari hasil penelitian, akar tanaman murbei pada umumnya berkembang sampai pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah. Akar tanaman yang sudah berumur tua dapat berkembang sampai kedalaman lebih dari 300 cm.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usahatani persuteraan alam terutama adalah tersedianya pakan ulat sutera (daun meurbei) yang cukup dan berkualitas baik. Hal ini hanya dimungkinkan dengan membangun kebun murbei yang dipelihara dengan baik hingga dapat memproduksi daun secara kontinu dengan kualitas yang baik dan stabil. Untuk memperoleh produksi yang tinggi maka penanaman murbei harus memenuhi tahap-tahap sebagai berikut, antara lain syarat tumbuh, pengadaan bibit/persemaian, penanaman, pemupukan, pemberantasan HPT, penyiangan, pengairan, pemangkasan.
1. Lokasi penanaman harus memenuhi persyaratan tanah dan iklim yang cocok untuk tanaman murbei.
Tanaman murbei dapat tumbuh di segala jenis tanah baik di dataran rendah dan dataran tinggi. Namun tetap perlu diperhatikan keadaan tanahnya agar tanaman murbei dapat tumbuh subur. Syarat tumbuh bagi tanaman murbei sebaiknya antara lain tempat 400 – 800 dpl, curah hujan 2500 – 3000 mm per tahun, dan mendapat sinar matahari penuh, Prinsipnya tanaman murbei dapat tumbuh jika aerasi dan drainase tanah baik (tidak tergenang), solum minimum 50 cm, unsur hara tercukupi, ph tanah optimal 6.5-7 dan kelembaban udara cukup menunjang yaitu sekitar 65-85% dan suhu optimal 25 – 300 C. tetapi umumnya tanaman murbei dapat tumbuh baik dengan suhu minimum 130C dan maksimum 380C.
2. Pengadaan bibit/persemaian.
Jenis yang telah dikembangkan dan ditanam secara luas di Indonesia antara lain ; Morus alba, Morus nigra, Morus chatayana, Morus kanva, Morus multicaulis.
Pengadaan bibit murbei dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Namun pada umumnya pengembang biakan dilakukan secara vegetatif (stek) karena mudah,praktis, dan dalam jumlah yang besar secara cepat. Stek yang digunakan sebagai bibit adalah sebagai berikut :
- panjang stek sekitar 20-25 cm, diameter 1-2 cm dan mempunyai ruas 3-4 ruas(buku).
- Stek diambil dari tanaman induk yang berumur lebih dari 1 tahun.
- Batang/cabang untuk stek harus segar dan sehat (bebas hama dan penyakit)
- Dipotong 45º
Persemaian bibit murbei dapat dilakukan dengan cara :
a. ditanam di bedengan
ukuran bedeng persemaian yaitu lebar 100-125 cm dan panjang bedeng tergantung pada banyaknya stek batang. Tanah bedeng dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm. Pencangkulan sebaiknya dilakukan beberapa kali untuk menggemburkan tah dan menghilangkan sisa-sisa gulma yang masih tertinggal. Tanah yang sudah gembur diberi pupuk kandang sekitar 2 kg dan kapur per m2. Selanjutanya tanah diratakan. Untuk mencegah adanya serangga dan hama lainnya, dapat disebar insektisida (Furadan dengan dosis 25 gr per m2). Setelah itu tanah siap ditanami stek murbei. Stek ditanam secara tegak atau agak miring dan bagian yang tertanam adalah sepanjang sekitar 4 cm. Jarak tanam di bedengan adalah 10 x 20 cm. Stek siap dipindah ke lapang sesudah ± 3 bulan.
b. persemaian dengan polybag
Polybag yang digunakan berukuran panjang 25-30 cm dan lebar 15 cm. Polybag diisi tanah yang sudah dicampur pupuk kandang secukupnya dan sedikit kapur. Agar drainas tanah baik maka tiap polybag sebaiknya dilubangi bagian bawahnya. Setelah itu media tanam siap ditanami. Tiap 1 polybag ditanami 1 stek. Stek siap dipindah ke lapang sesudah ± 3 bulan.
Pemeliharaan persemaian yang utama adalah menjaga kelembaban dengan cara penyiraman setiap hari, pemupukan dengan pupuk NPK atau Urea (1 sdm /10 l air untuk 1000 batang 4-5 hari sekali, untuk dibedengan 2 gr/tan) serta penyiangan gulma dan pemberantasan HPT dengan cara disemprot dengan insektisida
3. Penanaman
Penanaman di lapangan dapat dilakukan dengan 3 sisitem yaitu :
@ sistem lubang
  • jarak tanam yang umum dipakai yaitu 1x0.5 m, 1x0.4 m, 0.5x0.5
  • lubang tanam ukuran 40x40x40 cm atau 50x50x50 cm
  • dasar lubang diberi pupuk kandang/kompos 2-3 kg/lubang (kalau perlu ditambahkan ± 7 gr kapur/lubang)
  • saat penanaman polybag dirobek, bibit berupa puteran dimskkan dlam lubang kmd ditimbun dg top soil dan tekan.
@ Sistem rorak
  • seperti penanaman pada tebu, dibuat rorak dengan jarak 1 m, dengan ukuran rorak sedalam 50 cm den lebar 40 cm
  • ajir dipasang sepanjang rorakan dengan jarak 0.5 m atau 0.4 m
  • pukan diletakkan dalam rorak dengan dosis sama seperti sistem lubang
@ Sistem pengolahan tanah secara keseluruhan
  • tanah dibajak lalu digemburkan, kemudian diberi pukan 10-15 ton/ha dan kapur 1.5 ton/ha, dicampur secara merata.
  • ukuran lubang tanam sama seperti pada sistem lubang.

4. Pemupukan dilakukan sesuai jadwal dan dosis yang direkomendasikan.
Pemupukan dilakukan sebanyak 3x, yaitu awal, pertengahan dan akhir musim hujan juga dilakukan setelah pemungutan daun dan ± seminggu setelah pemangkasan.
Dosis
Taraf pemupukan
Tahun I
Tahun II, dst
Urea
TSP

KCl

Urea
TSP
KCl
200
100
100
150
150
150
Juga pupuk kandang sebaiknya diberikan 10-15 ton/ha/th
pemberian pupuk dengan dibenamkan di sekitar tanaman, lalu ditutup tanah (± 20 cm dari pangkal batang)

5. Pemberantasan hama penyakit dilaksanakan tepat waktu dengan dosis yang direkomendasikan.
Jika terserang hama, penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan ± 20 hari sebelum penggunaan daun sebagai pakan ulat.
Hama yang paling sering menyerang tanaman murbei adalah :
@ hama pucuk (Glyphodes pulverulentalis)
Cara penanggulangan yang efektif yaitu dengan disemprot insektisida tiap tahun saat kekeringan. Insektisida pengenceran 2000x dgn jumlah larutan semprot 1200-1500 l/ha.
@ Kutu Daun (Mealy bug)
hidup parasit pada pucuk/daun muda dan menghisap cairan pd kuncup tes, akibatnya timbul bercak-bercak hitam menyebabkan pertumbuhan berhenti. Daun menjadi mengkerut, kuncup daun membengkak, ruas pucuk daun memendek. Menurunkan konsumsi untuk ulat kecil. Pucuk yang cacat merupakan habitat yang cocok untuk serangga ini.
Pengendalian dengan sistem cutting, yaitu memangkas sekitar 4 cm dari cabang pokok dan cabang-cabang kecil harus dipotong. Selain itu rumput-rumputan sekitar juga harus dibersihkan karena dapat menjadi habitat serangga tersebut.
Untuk memberantas ulat daun yang masih kecil, pemangkasan dilakukan satu bulan sebelum hakitate dan penyemprotan dapat dilakukan setelah tunas keluar. Jika serangan berat, maka penyemprotan 2x yaitu setelah pemangkasan selanjutnya umur 2 minggu setelah pemangkasan atau 15 hari sebelum daun murbei digunakan.
@ penggerek batang
Larva hama ini memakan bagian bawah kulit batang sepanjang lapisan kambium secara tidak teratur. Selanjutnya masuk ke dalam lapisan xylem dengan membuat lubang dan kemudian berkembang. Akibatnya daya tahan tanaman menjadi lemah. Cabang yang terserang harus dipotong dan dibakar
@ Kutu batang
Cenderung menyerang kebun murbei yang kurang mendapat sinar matahari, oleh karena itu sebaiknya tanaman tidak tidak ditanam di daerah dengan prosentase naungan tinggi. Pemangkasan rendah harus segera dilakukan untuk mengurangi ruang lingkup hama. Dapat disemprot dengan oli, tetapi diusahakan tidak menempel di daun karena dapat merusak daun juga.
@ Rayap (Macrotennes gilvus)
Umumnya menyerang akar atau leher akar. Pencegahannnya dapat menggunakan Aldrin dengan takaran 5 gr atau Dieldrin dengan takaran 2 gr tiap tanaman. Insektisida tersebut dicampur dengan media tanam murbei atau setelah murbei ditanam.
@ Penyakit tepung (Phyllactinia corylea)
Gejala serangan mula-mula pada daun tampak bintik-bintik putih, lalu meluas menjadi bercak kuning kemudian coklat akhirnya menjadi hitam.(biasanya pada permukaan daun bagian bawah)
Pencegahan penyakit ini akan efektif apabila dilakukan secara serempak pada s\areal yang luas, selain itu dengan pengelolaan kebun dengan baik misalnya dengan mengatur penggunaan BO dalam jumlah yang cukup untuk mengantisipasi kekeringan dan memberikan pupuk yang sesuai agar pertumbuhan daun baik sepanjang waktu.
Obat-obatan menggunakan Daconil pengenceran 2000x. Penyemprotan dilaksakan 2-3 x ke daun (terutama bag bawah) dengan interval waktu penyemprotan 10 hari.
@ Penyakit Bintik Daun (Sirosporium mori)
Biasanya menyerang permukaan daun bagian bawah menyebabkan daun menjadi kotor dan hitam. Intensitas serangan tinggi pada musim kemarau. Usaha pencegahan seperti pada penyakit tepung.
@ Penyakit Bercak Daun (Septogleum mori)
Penyakit bintik muncul pada kedua sisi daun. Bintik semula berwarna coklat gelap dan makin lama makin meluas. Bagian tepi bintik masih berwarna coklat gepal, tetapi bagian tengahnya makin lama tidak berwarna karena di tempat ini berkumpul spora-spora kecil berwarna putih/merah muda.
Usaha pencegahan adalah dengan membersihkan rerumputan sekitar, selain itu menghindarkan tanaman dari kelembaban yang tinggi.

6. Penyiangan dan pendangiran dilakukan tepat waktu.
Pelaksanaannya tidak terlambat terutama setelah tanaman dipangkas, maksud penyiangan dan pendangiran untuk menjaga aerasi tanah tetap baik sehingga udara dapat masuk ke dalam tanah dan perakaran tanah dapat bernafas dengan baik. Setelah tanah didangir sebaiknya diikuti pemupukan.

7. Pengairan dilaksanakan dengan kebutuhan.
Tanaman murbei di daerah dengan CH rendah perlu diairi karena tanaman murbei tidak tahan terhadap kekeringan, sebaliknya di daerah CH tinggi perlu dibuat saluran drainase karena tanaman murbei tidak tahan tegenang air ( tan murbei sangat peka terhadap kekurangan zat asam). Pemberian pupuk hijau, seperti LCC(Leguminosae Cover Crop) yaitu Crotalaria, Centrosema, Calapogonium dsb, dengan cara dibenamkan di sekitar tanaman murbei selain menambah unsur N juga dapat mempertahankan RH. Proses dekomposisi BO yang mengandung kadar air tinggi akan membantu tanah dari kekeringan. Pengairan sangat diperlukan terutama musim kemarau untuk menjaga produksi daun tetap stabil.

8. Pemangkasan/pemanenan harus dilaksanakan sesuai jadwal.
Pemangkasan pohon dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan tunas baru, menyeragamkan pertumbuhan daun dan memudahkan pemanenan daun. dan Tanaman murbei sudah dapat dimanfaatkan daunnya pada umur 6 bulan sitelah ditanam di lapangan. Pangkasan pertama sebaiknya dilakukan pada umur 9-12 bulan dengan memotong cabang miring ke atas 45°, untuk pembentukan batang tanaman sehingga kondisi tanaman kuat.
Cara pemangkasan pembentukan tanaman ini terdiri dari tiga macam :
Pemangkasan rendah
tanaman murbei dipangkas setinggi 10-30 cm dari permukaan tanah. Jenis pangkasan ini menghasilkan jumlah daun yang banyak, daun tudak cepat mengeras, pemungutan daun dan pengendalian HPT dapat dilakukan dengan mudah
Pemangkasan sedang
tanaman murbei dipangkas 50-100 cm dari permukaan tanah. Jenis pemangkasan ini memungkinkan untuk perakaran yang dalam
Pemangkasan tinggi
tanaman murbei dipotong pada ketinggian >100 cm dari permukaan tanah. Jenis pangkasan ini sering digunakan pada daerah yang sering mengalami luapan air.
Untuk selanjutnya penangkasan dapat dilakukan 3-4 kali setahun setelah panen daun. Dikenal 3 macam pemangkasan pemeliharaan :
Kobunaosi
pemangakasan dilakukan setelah panen daun ,untuk memperbaikik tanaman. Pangaksan dilakukan sesuai tinggi pangkasan yang telah ditentukan sehingga tinggi tanaman sama
Kobukirei
memangkas cabang/ranting yang kecil dan tidak produktif sehingga pertumbuhan cabang yang tersisa diharapkan bertambah baik. Cabang yang terkena penyakit dibuang agar penyebarannya dapat ditekan
Kobusage
pemangkasan batang pokok untuk peremajaan. Biasanya dilakukan 10-20 cm dari permukaan tanah, sekali dalam 5 tahun

9. Pemanenan daun
  • Waktu panen
Panen daun sebaiknya dilakukan pad pagi atau sore hari untuk mencegah kelayuan
Penyediaan daun
1. penyediaan daun untuk ulat kecil
ulat kecil membutuhkan daun yang lunak yaitu daun muda (umur pangkas 1 bulan) . untuk pemeliharaan ulat sutera dalam skala besar sebaiknya dibuat kebun khusus untuk ulat kecil yang letaknya dekat dengan tempat pemeliharaan.
  • daun dari umur pangkasan 1 bulan
  • daun muda pada murbei pangkasan 2-3 bulan (3 lbr dari ujung atas)
2. penyediaan daun untuk ulat besar
daun untuk ulat besar pada umur pangkas 2-3 bulan

III. PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Pemeliharaan ulat sutera sangat tergantung pada keadaan alam dan kemampuan dari para pemeliharanya. Oleh karena itu sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu diketahui terlebih dahulu kecocokan tempat untuk pemeliharaan. Keadaan lingkungan sekitar untuk pemeliharaan ulat sutera perlu dipertimbangkan pada tempat yang mempunyai iklim dan tanah yang cocok untuk pertumbuhan murbei maupun hidup ulat sutera sehingga dapat menghasilkan kokon yang berkualitas baik.
Sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut ;
a. Persiapan daun murbei.
Agar dapat menghasilkan produksi kokon yang berkualitas baik sudah dibuat standar jumlah daun yang harus diberikan sesuai ddengan jumlah ulat yang dipelihara. Untuk keperluan makan 1 boks ulat yang berisi 25.000 butir telur dibutuhkan makanan sebanyak 1,2 ton (daun beserta cabang) atau 800 kg daun dari mulai ulat menetas sampai membuat kokon.
b. Persiapan ruangan dan alat-alat pemeliharaan.
- persiapan sarana dan prasarana
- disinfeksi untuk mencegah infeksi kuman penyakit pada ulat sutera yang dipelihara.
- menghindarkan ulat sutera dari hama
c. Kesiapan sumber daya manusia
Pengetahuan mengenai cara melakukan pemeliharaan ulat sutera perlu dikuasai terlebih dahulu karena ulat sutera dalam perkembangannya sangat tergantung kepada para pemeliharanya. Untuk itu sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera, para pemelihara hendaknya dilatih atau belajar terlebih dahulu agar keterampilan dalam pemeliharaan ulat sutera dapat dikuasai.

Mengenal Ulat Sutera (Bombyx mori L)

Ulat sutera adalah serangga penghasil benang sutera yang siklus hidupnya mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari larva(ulat), pupa sampai dengan kupu-kupu.
a. telur
bentuk lonjong, p=1.3 mm, l=1 mm dan tebal=0.5 mm, warna putih kekuningan. Telur biasanya menetas 10 hari setelah menjalani perlakuan khusus pada suhu 25° C dan pada RH 80-85%. Secara nono alamiah penetasan dapat dengan memberikan larutan HCl.
b. ulat sutera terbagi dalam 5 instar yaitu :
-instar 1,2 dan 3 disebut ulat kecil dengan umur 12 hari
tahan terhadap suhu 28-30 C dan RH 90-95%, menjelang istirahat nafsu makannya menurun,
-instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan umur sekitar 13 hari
membutuhkan suhu 23-25C dgn RH 70-75%. Setelah instar 5 berakhir ulat akan mengokon.
-pupa, terjadi setelah ulat selesai mengeluarkan serat ulat sutera. Lama masa pupa kurang lebih 12 hari. Pupa jantan ruas ke 9 terdapat tanda titik sedang pupa betina ruas ke 8 terdapat tanda silang.
Teknis Pemeliharaaan
a. perolehan bibit ulat sutra
di Indonesia ada 2 lokasi Pusat Pembibitan Ulat Sutera (PPUS) yaitu di Candiroto, Temanggung dibawah Perum Perhutani Unit I Jateng dan PPUS Soppeng, sul-Sel. Kedua PPUS ini memproduksi telur/bibit ulat sutera yang didistribusikan secara nasional. Pengadaan daerah setempat dikoordinasikan oleh Dinas Kehutana/PKT setempat.
b. Persiapan pemeliharaan
1. persyaratan bangunan pemeliharaan terbagi menjadi 3 ruangan yaaitu :
ruang peralatan, ruang pemeliharaan dan ruang daun. (ada contoh dilakukan di ruang tamu, agar tidak terganggu hama, banyaknya ulat yang akan dipelihara disesuaikan dnegan luas bangunan, diusahakan jangan terlalu sempit, supaya nggak sumpek ).
2. alat dan bahan
rak yang terbuat dari (kayu atau besi) dan sasak kayu/besi dengan ukuran 110x80 cm (8 sasak untuk 1 box), termometer,timbangan daun (nggak ada juga nggak papa, asal bisa mengira-ngira), keranjang daun, gunting , pisau dan ember dan baskom.
tempat sekitar bangunan harus bersih, suhu ruangan 26-28C dam RH 75-75% dengan cahaya dan sirkulasi udara cukup.
3. pengambilan telur
Stadia telur yaitu dimana pertumbuhan embrio telur agar bisa menetas menjadi ulat. Dalam pertumbuhan ini diperlukan kondidi optimal agar telur bisa menetas, yang sangat dipengaruhi oleh cara penanganan terhadap telur dan faktor lingkungan termasuk tempaeratur, kelembaban dan pencahayaan.
Dalam pengambilan telur banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain :
-ptelur baru mulai tumbuh dan dapat mentolerir pengaruh luar pada waktu 7-10 hari sebelum penetasan. Oleh karena itu dianjurkan pengambilan dilakukan pada saat itu.
-pada waktu membawa telur, jangan sampai tekena sengatan matahari langsung, untuk itu saat dibawa hendaknya dilapisi dengan kain lembab dan selalu menjaga agar kain tersebut tetap lembab selama perjalanan.
-jangan meletakkan telur di tempat dengan suhu kering dan panas seperti bagasi
-pada udara AC, sebaiknya tetap dibungkus kain lembab karena udara AC udara kering
-hindarkan dari sentuhan tangan yang kotor atau terkontaminasi asap rokok
-telur jangan disimpan ditempat tertutup, karena dalam pertumbuhannya telur butuh udara
-usahakan telur jangan sering terkena guncangan dan hindarkan dari bahan kimia (pupuk, pestisida atau bensin)
-setelah sampai ditujuan, telur harus segera diinkubasi pada kondisi yang sesuai
4. inkubasi telur.
Inkubasi yaitu penyimpanan telur dalam maksud menetaskan, dilakukan dalam ruangandimana temperatur, kelembaban dan pencahayaan diatur.
Telur yang akan menetas selama masa inkubasinya mengalami pertumbuhan embrio yang dapat diketahui dari perubahan warna telur sebagai berikut :
-telur yang baru dikeluarkan induknya berwarna kuning muda
-setelah perlakuan, berangsur menjadi kuning tua, lalu coklat muda, coklat tua, hitam, abu-abu tua, abu-abu muda. Dua hari sebelum penetasan terdapat bintik biru pada bagian ujung telur yang lancip ( blue head)
Inkubasi dilakukan dengan menyebar telur secara merata pada kotak penetasan, ditutup dengan kertas tipis dan disimpan dalam ruangan sejuk (suhu sekitar 25C dan RH 75-80%). Jika temperatur harian lebih rendah biasanya penetasan akan lebih lambat, jika temperatur harian lebih tinggi penetasan lebih cepat, jika kelembaban terlalu tinggi penetasan akan terlambat bahkan akan sulit menetas, jika kelembaban terlalu rendah telur akan kekurangan air menyebabkan kematian telur. Diusahakan tidak terkena matahari langsung, dilakukan pencahayaan dalam ruangan untuk merangsang pertumbuhan telur dengan ketentuan 16 jam terang dan 8 jam gelap.
setelah telur mencapai titik biru dibungkus dengan kain hitam (penggelapan total)selama 36 jam
saat penetasan kain hitam dibuka, jika yang menetas masih sedikit ditutup kembali. Jika yang menetas sudah banyak, tutup dibuka dan dilakukan pencahayaan agar penetasan serempak.
. 3. Hakitate (pekerjaan pengurusan ulat pertama kali sejak menetas dari telur meliputi persiapan dalam ruangan dan pemberian makanan)
hakitate dilakukan sekitar pukul 8-9 pagi. Setengah jam sebelum diberi makan ulat ditaburi campuran kaporit dan kapur dengan konsentrasi campuran 3%. Tujuan penaburan tepung desinfektan adalah untuk mencegah serangan penyakit yang disebabkan jamur Aspergillus yaitu muskardin.
Pemeliharaan Ulat kecil
1. pengambilan daun
daun untuk ulat kecil adalah umur pangkasan kurang lebih 1 bulan, pengambilan pagi/sore hari suapaya tidak layu. Cara pengambilan daun yaitu :
-instar 1=lembar 3-5 dari pucuk
-instar 2=lembar 5-7 dari pucuk
-instar 3 lembar 8-12 dari pucuk
2. Desinfeksi tubuh ulat
Desinfeksi untuk tubuh ulat menggunakan campuran 5 gr kaporit dan 95 gr kapur diaduk merata. Ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat dengan ayakan plastik, sebelum hakitate pada instar 2 dan awal instar 3
waktu pukul 8-10. Kotak penetasan diletakkan pada sasak yang telah diberi kertas alas dan kertas parafin (kertas roti), ulat yang melekat pada kerta dipindah ke kotak penetasan. Dilakukan disinfeksi pada tubuh ulat kemudian diberi jaring. Selanjutnya diberi makan dan terakhir ditutup dengan kertas parafin
4.pemberian pakan
keadaan daun baik, tidak basah, segar bersih dan dilakukan 2 jam setelah hakitate. Ulat dipindahkan ke sasak, dibiarkan terbuka selama 1 jam., kemudian diberi makan dan ditutup kembali. Selanjutnya ulat diberi makan 3xsehari. Selanjutnya setiap jam sebelum pemberian makan kertas penutup dibuka.
5. pembersihan tempat ulat
dilakukan sebelum pemberian pakan, pembersihan dilakukan apabila sisapakan sudah banyak (selama instar 1 tidak perlu dibersihkan). Pembersihkan dilakukan dengan diawali pemasangan jaring di atas tempat ulat., kemudian daun diletakkan di atas jaring dan tunggu sampai 90% ulat naik ke atas jaring, selanjutnya jaring diangkat dan dipindahkan ke sarang lain. Kotoran dan sisa pakan dibuang, ulat yang sakit dan mati dimasukkan ke dalam tempat tertutup yagn berisi desinfektan.
6. perlakuan selama ulat tidur
kertas penutup dibuka, agar udara masuk, kemudian tempat ulat diperluas dan ulat ditaburi kapur.
7. perlakuan setelah ulat bangun
tempat ulat dipersempit, jendela ditutup., dilakukan disinfeksi tubuh ulat, jaring dipasang dan kemudian diberi pakan
pemeliharaan ulat besar
1. bangunan
suhu ruangan antara 22C-25C dengan RH 70-75% dan cahaya serta aliran udara baik
2. alat dan bahan
rak bersusun, alas karung plastik dan tali plastik.
3. disinfeksi ruangan
dengan kaporit 5 gr/l air diaduk merata, kemudian disemprotkan secara merata keseluruh ruangan dengan dosis 1 lt/m2.
4. pengambilan daun
umur pangkas 2.5-3 bulan, pengambilan dilakukan pada pagi dan sore hari.
5. pemberian pakan
daun harus baik, tidak basah, bersih dan segar. Daun diberikan 3x sehari.
6. membersihkan tempat ulat
dilakukan sebelum pemberian pakan. Pada instar , dilakukan setelah ulat ganti kulit, pertengahan instar dan menjelang ulat tidur. Istar 5, dilakukan setelah ganti kulit setiap 2 hari atau kotoran sudah terlalu banyak. Terakhir menjelang ulat mengokon.
7. disinfeksi tubuh ulat
diberi kapur dicampur dengan kaporit perbandingan 9:1 kemudian ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat dengan menggunakan ayakan plastik atau kain kasa. Dilakukan sebelum pemberian pakan.
8. pengokonan ulat
ulat mulai mengokon pada hari ke 6 atau hari ke 7 (instar 5) dengan tanda-tanda sebagai berikut :
- nafsu makan berkurang sampai berhenti sama sekali
- tubuh ulat menjadi kekuni-kuningan
- ulat cenderung menepi dari sasak
- dari mulutnya keluar serat sutera
setelah keluar tanda-tanda di atas maka ulat dikumpulkan ke dalam alat pengokonan dengan menaburkan secara merata.
9. panen kokon panen kokon adalah pengambilan bahan dari alat pengokonan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiantan pengokonan adalah sbb :
- pemanenan kokon dilakukan 5-6 hari setelah mengokon.
- Pemanenan kokon sebaiknya dilakukan tidak terlalu cepat atau lambat. Kalau terlalu cepat pupa mudah pecah yang mengakibatkan kokn kotor di bagian dalam, tetapi kalau terlambat pupa akan berubah menjadi kupu-kupu.

IV. PROSPEK PENGUSAHAAN ULAT SUTERA ALAM
Usaha tani budidaya ulat sutera pada awalnya memerlukan biaya yang cukup besar untuk pembuatan kebun murbei dan penyediaan sarana pemeliharaan ulat. Usaha ini cocok dilakukan oleh masyarakat di pedesaan karena memerlukan lahan dan tenaga kerja yang cukup banyak. Jika dikelola dengan baik budidaya persuteraan alam dapat memberikan keuntungan secara rutin setiap bulannya.
1. Pengeluaran
Biaya yang dikeluarkan untu membangun usahatani persuteraan alam untuk tahun pertama, kedua dan ketiga berbeda. Pada tahun pertama terdapat biaya investasi kebun dan peralatan, selanjutnya untuk tahun kedua dan berikutnya untuk pemeliharaan kebun dan pemeliharaan ulat dalam jumlah yang sesuai dengan produksi daun murbei.
Tabel 1. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat Sutera Seluas 1 Hektar pada Tahun Pertama
No
Jenis Kegiatan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1
2
3
4
5
I.
Pembuatan kebun murbei
1.
Sewa lahan
1 ha
1.500.000,-
1.500.000,-
2.
Pemupukan
- pupuk kandang
- Urea
- TSP
- KCl
10 ton
400 kg
200 kg
200 kg
50.000,-
1.250,-
2.250,-
1.750,-
500.000,-
500.000,-
450.000,-
350.000,-
3.
Pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman
200 HOK
7.500,-
1.500.000,-
II.
Pembuatan bangunan rumah ulat
1 unit
1.000.000,-
1.000.000,-
III.
Pengadaan sarana pemeliharaan ulat
- pengadaan rak
- pengadaan rigen
- alat pengokon
- bagor plastik
- alat penyemprot
- gunting pangkas
- ayakan
15 bh
60 bh
1 set
120 bh
1 bh
2 bh
2 bh
35.000,-
5.000,-
500.000,-
1.000,-
150.000,-
30.000,-
5.000,-
525.000,-
300.000,-
500.000,-
120.000,-
150.000,-
60.000,-
10.000,-
1
2
3
4
5
IV.
Biaya Produksi
- bibit ulat kecil
- formalin
- kaporit
- kapur
-pemeliharaan ulat besar
8 boks
10 liter
15 kg
60 kg
120 HOK
75.000,-
13.000,-
10.000,-
250,-
7.500,-
600.000,-
130.000,-
150.000,-
15.000,-
900.000,-
Jumlah I + II + III + IV
9.260.000,-
Tabel 2. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat Sutera untuk Lahan Seluas 1 Hektar pada Tahun Kedua
No
Jenis Kegiatan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
I.
Pembuatan kebun murbei
1.
Sewa lahan
1 ha
1.500.000,-
1.500.000,-
2.
Pemupukan
- pupuk kandang
- Urea
- TSP
- KCl
10 ton
400 kg
200 kg
200 kg
50.000,-
1.250,-
2.250,-
1.750,-
500.000,-
500.000,-
450.000,-
350.000,-
3.
Pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman
100 HOK
7.500,-
750.000,-
II.
Biaya Produksi
- bibit ulat kecil
- formalin
- kaporit
- kapur
-pemeliharaan ulat besar
24 boks
10 liter
15 kg
60 kg
360 HOK
75.000,-
13.000,-
10.000,-
250,-
7.500,-
1.800.000,-
130.000,-
150.000,-
15.000,-
2.700.000,-
Jumlah I + II + III + IV
8.845.000,-
Tabel 3. Biaya Usahatani Kebun Murbei dan Pemeliharaan Ulat Sutera untuk Lahan Seluas 1 Hektar pada Tahun Ketiga dan seterusnya.
No
Jenis Kegiatan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
I.
Pembuatan kebun murbei
1.
Sewa lahan
1 ha
1.500.000,-
1.500.000,-
2.
Pemupukan
- pupuk kandang
- Urea
- TSP
- KCl
10 ton
400 kg
200 kg
200 kg
50.000,-
1.250,-
2.250,-
1.750,-
500.000,-
500.000,-
450.000,-
350.000,-
3.
Pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman
100 HOK
7.500,-
750.000,-
II.
Biaya Produksi
- bibit ulat kecil
- formalin
- kaporit
- kapur
-pemeliharaan ulat besar
30 boks
10 liter
15 kg
60 kg
450 HOK
75.000,-
13.000,-
10.000,-
250,-
7.500,-
2.250.000,-
130.000,-
150.000,-
15.000,-
3.375.000,-
Jumlah I + II + III + IV
9.970.000,-

2. Penerimaan
Penerimaan diperoleh dari penjulan kokon hasil produksi dari pemeliharaan ulat sutera yang dilakukan oleh petani.

Tabel 4. Penerimaan Dari Hasil Penjualan Produksi Kokon Untuk Luas Tanaman 1 Hektar Selama 5 Tahun
No
Uraian
Tahun ke
1
2
3
4
5
1.
Produksi kokon (kg)
296
888
1.110
1.110
1.110
2.
Harga (Rp) /kg
18.000,-
18.000,-
18.000,-
18.000,-
18.000,-
3.
Jumlah penerimaan (Rp)
5.328.000,-
15.984.000,-
19.980.000,-
19.980.000,-
19.980.000,-
Tabel 5. Perhitungan Pendapatan Usahatani Persuteraan Alam Untuk Luas Lahan 1 Hektar Selama 5 Tahun
No
Uraian
Tahun ke
1
2
3
4
5
1.
Penerimaan hasil penjualan kokon (Rp)
5.328.000,-
15.984.000,-
19.980.000,-
19.980.000,-
19.980.000,-
2.
Pengeluaran biaya produksi (Rp)
9.260.000,-
8.845.000,-
9.970.000,-
9.970.000,-
9.970.000,-
3.
Pendapatan (Rp)
- 3.932.000,-
7.139.000,-
10.010.000,-
10.010.000,-
10.010.000,-
3. Peluang Pasar
Pada saat ini peluang pasar produk kokon dalam negeri mencapai sekitar 3.100 ton /tahun dengan jumlah pasokan produksi yang dapat dipenuhi hanya sekitar 500 ton. Sedangkan pada pasar dunia dari kebutuhan aktual sebesar 600.000 – 750.000 ton, hanya mampu terpenuhi sebesar 80.000 – 110.000 ton, dengan demikian masih terbuka peluang pasar untuk produk kokon.
KESIMPULAN
1. Biaya investasi usahatani persuteraan alam pada awalnya cukup besar dan belum menghasilkan keuntungan, namun pada tahun kedua dan seterusnya dapat memberikan keuntungan yang cukup besar.
2. Masih terbuka peluang pasar bagi produk kokon dalam maupun luar negeri.

3 komentar:

  1. Gan saya tertarik
    mohon info tentang bibit ulat sutera sama pemasaran kepompongya.
    ini email saya hibrahimmalik@gmail.com////malikhibrahim@yahoo.co.id

    BalasHapus
  2. bapak yang terhormat, saya dari daerah kabupaten semarang, kalau di daerah saya untuk beli bibit ulat sutera dan untuk penjualannya dimana ya? indonesianian@gmail.com

    BalasHapus
  3. untuk daerah grobogan cocok gak ya? q tertarik,

    BalasHapus