Selasa, 15 Januari 2013

DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA PETANI BAWANG MERAH DI BREBES



Dampak penggunaan pestisida oleh petani bawang merah Brebes.


Sebagai usaha untuk meningkatkan hasil pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida secara terus menerus masih dilakukan oleh para petani bawang merah di Kabupaten Brebes. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi.

Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman  dan hasil tanaman, dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Pestisida diperlukan agar produk pertanian yang akan dihasilkan terlindung atau terbebas dari serangan hama dan penyakit tanaman.


Pestisida merupakan pilihan utama cara mengendalikan hama, penyakit dan gulma, karena membunuh langsung jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai  “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma.Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat. 

Kebijakan pemerintah di masalalu juga mendorong petani menggunakan pestisida. Sejak tahun permulaan pelaksanaan program intensifikasi pangan, masalah hama diusahakan ditanggulangi dengan berbagai jenis  formulasi pestisida. Orientasi pemerintah pada waktu itu tertumpu pada peningkatan hasil sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan.  Pada saat dicanangkannya program intensifikasi pangan melalui program nasional BIMAS, pestisida telah dimasukkan sebagai paket teknologi yang wajib digunakan petani peserta.  Bagi petani yang tidak menggunakan pestisida, oleh pemerintah dianggap tidak layak sebagai penerima bantuan BIMAS. Akibatnya, mau tidak mau petani dirangsang  menggunakan pestisida.

Pestisida adalah salah satu contoh Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang sering dipergunakan oleh petani. Rata-rata pengguna menggunakan pestisida melebihi dosis yang dianjurkan dalam skala luas. Dalam setiap kali aplikasi jumlah pestisida yang digunakan selalu lebih besar dari dosis anjuran. Berdasarkan data Crop Life Indonesia Tahun 2009 belanja pestisida petani bawang merah di Brebes mencapai Rp. 350 Milyar setiap tahunnya. Kabupaten brebes tercatat paling boros se Asia Tenggara dalam lingkup level kab/kota untuk belanja pestisida.Ironisnya pestisida yang dibeli petani tersebut kerap aspal (asli tapi palsu). Banyaknya penggunaan dan permintaan pestisida tersebut menyuburkan peluang tindakan pemalsuan pestisida. Akibat pemalsuan tak hanya petani yang dirugikan tetapi juga masyarakat sebagai konsumen, reputasi daerah serta perusahaan pestisida tersebut. Bahkan sering ditemukan kasus, ketika berbagai merek telah dicoba dan tidak mampu membasmi hama, petani melakukan eksperimen yang juga tidak rasional. Ada yang mencampur pestisida satu dengan pestisida yang lain tanpa mengetahui efektivitas dan dampak yang ditimbulkan. Bahkan ada yang mencampur pestisida dengan minyak tanah, solar, bahkan ada yang mencampur dengan produk-produk pembasmi nyamuk seperti Autan, Baygon, dan sejenisnya.

Dampak dan konsekuensi penggunaan pestisida kimia secara intensif dan berlebihan antara lain adalah:Dapat meracuni manusia dan hewan domestik.
  1. Meracuni organisme yang berguna, misalnya musuh alami hama, lebah dan serangga yang membantu penyerbukan, dan satwa liar yang mendukung fungsi kelestarian alam.
  2.  Mencemari lingkungan dengan segala akibatnya, termasuk residu pestisida.
  3.  Menimbulkan strain hama baru yang resisten terhadap pestisida.
  4.  Menimbulkan terjadinya resurgensi hama atau peristiwa meningkatnya populasi hama setelah diperlakukan dengan pestisida tertentu.
  5.  Menyebabkan terjadinya ledakan hama sekunder dan hama potensial
  6.  Memerlukan biaya yang mahal karena sifat ketergantungan keberhasilan budi daya tanaman pada pestisida.
Hasil pengambilan dan pemeriksaan terhadap sampel darah petani cabai dan bawang merah oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Hasilnya, diketahui banyak petani yang darahnya terkontaminasi pestisida dan bisa membahayakan kesehatannya.Beberapa jenis pestisida dikenal sebagai thyroid disrupting chemicals (TDCs),  yaitu bahan kimia di lingkungan yang dapat mengganggu struktur dan fungsi kelenjar tiroid, mengganggu sintesis, sekresi, transpor, pengikatan dan eliminasi hormon tiroid, yang berdampak terjadinya hipotiroidisme. Hipotiroidisme merupakan suatu kondisi di mana kadar hormon tiroid dalam tubuh tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.



Penelitian di kabupaten Brebes mendapatkan angka kejadian hipotiroidisme pada wanita usia subur (WUS) mencapai 22,2%. Sementara angka kejadian gondok (pembesaran kelenjar tiroid) pada siswa salah satu SD di daerah pertanian kabupaten Brebes mendekati angka 100%, yaitu 97,5%. Gondok merupakan salah satu tanda dari hipotiroidisme. 

Penelitian yang sama membuktikan bahwa WUS yang mempunyai riwayat pajanan pestisida mempunyai risiko 3,3 kali untuk menderita hipotiroidisme.  Sementara penelitian lain, di lokasi yang sama, membuktikan bahwa siswa SD yang menderita gondok mempunyai prestasi belajar lebih rendah dibanding siswa yang tidak menderita gondok, dan risikonya lebih besar untuk mengalami stunting (tinggi/panjang badan tidak sesuai umur).



Oleh karena itu, adalah hal yang bijak jika kita melakukan usaha pencegahan sebelum pencemaran dan keracunan pestisida mengenai diri kita atau makhluk yang berguna lainnya.  Usaha atau tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :

  1. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
  2. kuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
  3. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh.
  4. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
  5. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
  6. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.
  7. Pahami dengan baik cara pemakaian pestisida.

Untuk mengatasi dampak negatif penggunaan pestisida kimia, dapat digunakan pestisida alami atau bahan-bahan nabati (back to nature). Indonesia cukup kaya akan potensi tanaman penghasil racun untuk  memberantas organisme pengganggu tanaman. Pemanfaatan potensi pestisida alami tersebut dapat diwujudkan melalui teknologi tradisional maupun teknologi modern. Tumbuhan anti hama atau penghasil racun untuk memberantas organisme pengganggu tanaman harus memenuhi kriteria sebagai berikut: merupakan tanaman tahunan; memerlukan sedikit arang, tenaga kerja, pupuk, dan air bukan merupakan tanaman inang atau sumber hama lain; memiliki kegunaan lain selain sebagai pestisida alami; dan bahan anti hama dapat diambil tanpa mematikan tanaman yang bersangkutan. 

Menurut Balitro, sampai saat ini, dari sekitar 5.400 jenis tumbuhan yang telah diketahui mengandung bahan pestisida, ternyata baru sekitar 10.000 jenis senyawa metabolit yang telah dapat diidentifftasi. Di Indonesia,diperkirakan terdapat lebih dari 100 jenis tumbuhan yang mengandung bahan pestisida, antara lain tanaman srikaya (Annona grabra dan A. squamosa), tanaman bengkuang (Pachyrhizus qerosus URB), bunga pyrethrum (chrysanthemum cinerariefolium), dan tanaman atau akar mimba (Derris elliptica Benth). 

Beberapa keuntungan penggunaan pestisida alami yaitu : Pestisida alami  Sangat mangkus (efektif); Pestisida alami  Praktis dan luwes, dalam pengertian mudah dikerjakan kapan saja dan oleh siapa saja, baik pada keadaan rutin ataupun darurat; Pestisida alami  Cocok atau kompatibel dengan teknik pengendalian yang lain.



Penggunaan pupuk bio organic juga merupakan salah satu upaya untuk mengatasi penggunaan pestisida yang belebihan. Pupuk Bio Organik didapat dengan menambahkan sejumlah mikroba pada pupuk organik yang memiliki potensi pengkayaan nutrisi di tanah, pendegradasi residu pestisida serta pengakumulasi kandungan logam berat di dalam tanah. Mikroba yang ditambahkan tersebut berfungsi antara lain menambah hydrogen, sekaligus menghasilkan hormon pertumbuhan, melarutkan fosfat, medegradasi residu sisa, melarutkan kalium, mengakumulasi logam berat dalam tanah, serta pengendali jamur yang ada dalam tanah.  



Beberapa jenis mikroba yang ditambahkan adalah Agrobacterium sp sebagai mikroba penambat nitrogen dan penghasil hormon pertumbuhan, Pseudomonas putida sebagai mikroba pelarut phosphate dan pendegradai residu pestisida organophosphat dan organochlorin, Eupenicillium javanicum dan Bacillus sp sebagai mikroba pelarut Kalium, pengakumulasi sisa logam berat serta berfungsi sebagai bioprotektan. 

0 komentar:

Posting Komentar