Jumat, 14 Mei 2010

TEKNIK OKULASI (MENEMPEL)

TEKNIK OKULASI (MENEMPEL)

Okulasi ( oculatie bahasa Belanda, budding bahasa Inggris) disebut juga menempel. Oculus artinya mata, sedangkan bud artinya tunas. Pengembangbiakkan dengan cara ini lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah. Satu cabang mata yang mempunyai beberapa mata dapat dipakai untuk menempel 4 batang pokok atau lebih. Dengan cara melengkung, batang induk harus dekat dengan batang pokok, sedang kalau menempel, bahan tempel (cabang mata ) dapat diambil dari tempat yang jauh, asal cara membawanya benar.

Waktu Okulasi

Waktu yang baik untuk menempel ketika aliran getah (sap) dalam keadaan lancar (kuat), atau cukup air, biasanya terjadi pada permulaan dan akhir musim hujan. Kalau saat pertengahan musim hujan mungkin tunas-tunas yang tumbuh rusak karena hujan lebat, atau terkena penyakit. Pada waktu banyak hujan, air dapat meresap ke bawah ikatan dan masuk ke dalam mata yang ditempel sehingga akan busuk. Penempelan juga bisa pada waktu musim kemarau asal diberi penyiraman yang cukup setiap hari, sehingga aliran getah dapat lancar dan kulit mudah dilepas dari kayunya, serta kambium kelihatan licin (berlendir). Apabila kekurangan air, kulit sukar ditarik dan kambium kelihatan kusam dan tidak mengkilat.

Batang Pokok

· Tanaman batang pokok sebaiknya dirawat yang baik, dipupuk dengan cairan pupuk kandang supaya pertumbuhannya kuat serta jangan sampai diserang hama dan penyakit.
· Sebaiknya batang berumur kurang lebih 1 tahun (batangnya sudah lebih besar sedikit daripada pensil ukurannya) dan sudah dapat mulai ditempel.
· Batang pokok dijaga jangan sampai keluar cabang dibawah 30 cm dan dijaga agar batang tetap tegak lurus.
Pengambilan dan Penyimpanan Cabang Mata
· Sumber pohon yang sehat, pertumbuhan baik, kuat, banyak buah dan bebas dari penyakit.
· Cabang mata panjangnya ± 20 cm dan mempunyai 4-5 mata.
· Warna cabang mata adalah peralihan dari hijau ke kelabu atau kecoklatan.
· Mata sebaiknya yang menonjol ± 1½ mm dari cabang mata.
· Dalam jumlah banyak Cabang-cabang mata diikat jadi satu lalu dibungkus, dimasukkan di dalam peti kayu dan disimpan di tempat terlindung dan sejuk. Dalam penyimpanan jangan terlalu basah, karena cabang mata dapat membusuk. Penyimpanan ini tahan sampai 2-3 minggu.
· Atau cabang mata dapat langsung dipotong dari pohon induk, tetapi ada juga yang memotong daun-daunnya dengan dasar cabang mata disayat melingkar, waktunya ± 2 minggu sebelum dipotong dari pohon induk. Pohon induk juga perlu dipupuk lebih dahulu, sehingga aliran getah jadi lancar.
Macam-Macam Cara Menempel :
1. Tempel Huruf T
Batang Pokok
· Buat irisan melintang pada bagian kulit halus dengan panjang ± 1 cm (± 20 cm di atas permukaan tanah ) atau kira-kira 1/3 lingkaran batang
· Di tengah-tengah irisan melintang dibuat irisan tegak lurus ke bawah (huruf T) atau ke atas (huruf T terbalik) dengan panjang ± 3 cm (tergantung besar kecilnya batang pokok)
· Saat mengiris usahakan setebal kulit, jangan sampai melukai kayunya, karena bisa berakibat kegagalan dalam penempelannya.
· Diusahakan mata tempel tidak terkena langsung sinar matahari.
· Kulit di kedua belah disisi irisan tegak lurus diangkat dengan sudip kecil, yang nantinya akan di sisipi mata.

Pengambilan dan Penyisipan Mata

· Ambil mata yang cukup subur dan besar (mata tunas yang baik terletak di bagian tengah cabang). Mata di bagian pangkal cabang tidak besar dan bergabus sedangkan mata di bagian cabang ujung kurang tua, sehingga kemungkinan untuk jadi tanaman sangat kecil.
· Buat irisan melintang ± 1½ cm di atas dan di bawah mata, kemudian ujung-ujung kedua irisan dihubungkan sehingga diperoleh irisan berbentuk segiempat panjang.
· Kulit batang diangkat dengan pisau okulasi, sehingga diperoleh kulit batang yang berbentuk segiempat panjang. Pegang tepinya, jangan memegang kambium.
· Cara lain, yaitu langsung diiris/ disayat di bawah atau dari atas mata dengan jarak ± 1½ cm. Dalam menyayat kulit, ikutkan sedikit kayu ( jangan terlalu tebal nanti sulit mengambil kayunya) kemudian pegang tepinya dan dihilangkan kayunya. Panjang sayatan ± 3 cm.
· Mata tunas lalu disisipkan di bawah kulit yang telah diiris dalam bentuk T pada batang pokok. Dalam menyisipkan harus hati-hati, jangan menggeser kambium sebelah bawahnya, karena bila kambium tergeser tempelan bisa gagal. Selain itu diusahakan jangan sampai kemasukan kotoran pada batang pokok ataupun matanya. Terutama di bagian kambiumnya.
· Setelah disisipkan, mata diletakkan di tempat bagian bekas irisan, jadi tidak tertutup kulit, lalu diikat dengan pita plastik. Mengikatnya dari bawah ke atas sistem genteng, tetapi jangan terlalu erat untuk menghindari rusaknya mata. Kalau takut mata tertekan, lebih baik jangan diikat matanya. Hanya kejelekannya kalau ada hujan, air bisa masuk ke dalam mata.
2. Tempel Cara Forkert
Tempel dengan cara Forkert hasilnya bisa lebih baik daripada model T, karena bagian tengah yang ditempeli kulit tidak ada kambium yang tergores pisau.

Batang Pokok

· Berumur ± 1 tahun, diameter ± 1¼ - 2 cm (bagian bawah dekat permukaan tanah).
· Buat irisan melintang pada bagian kulit halus ± 1 cm (± 20 cm di atas permukaan tanah ) dan dua irisan tegak lurus ± 3 cm pada kedua ujung irisan melintang.
· Melewati sudut ujung atas dengan sundip, kulit diangkat ke atas terus ditarik ke bawah. Untuk menjaga kambium jangan sampai kering, kulit irisan yang dikelupas untuk sementara ditutup dan diikat.
· Besarnya kulit yang dikelupas harus sedikit lebih besar daripada mata yang ditempelkan. Karena kalau lebih kecil, mata tempel sering gagal.

Pengambilan dan Penempelan Mata

· Cara pengambilan mata sama seperti pada tempel cara T.
· Kulit pada batang pokok dibuka lebar-lebar, mata ditempelkan pada kambium pada batang pokok ( kambium menempel pada kambium), lalu kulit batang ditutup kembali sehingga menutup mata, kemudian ikatlah dengan pita plastik dari bawah ke atas. Saat mengikat persis mata jangan terlalu keras, karena tunas akan rusak atau terhambat pertumbuhannya.
3. Tempel H
· Tempel H, maksudnya adalah irisan berbentuk huruf H. Cara ini sebenarnya adalah cara Forkert yang diubah.
· Buat irisan melintang pada bagian kulit halus dengan lebar ± 2½ cm (± 20 cm di atas permukaan tanah ) dan pada kedua ujung irisan melintang buat dua irisan vertikal ± 2 cm ke atas dan ke bawah ( seperti huruf H)
· Kemudian kulit tersebut diangkat ke bawah dan ke atas, maka akan terbentuk dua lidah yang menghadap ke bawah dan ke atas.
· Buat irisan mata dengan ukuran panjang ± 3 cm dan lebar 2 cm, kemudian tempelkan pada batang pokok yang telah diangkat lidah-lidahnya.
· Kedua lidah tersebut tutupkan pada mata. Luka irisan kemudian ditutup dengan lilin (untuk mengurangi terjadinya kekeringan pada mata, karena tertutup oleh lidah atas dan bawah). Selain itu juga untuk mengurangi tekanan ikatan pada calon tunas yang akan tumbuh.
4. Tempel Segi Empat
· Buat irisan melintang pada bagian kulit halus (batang pokok) berbentuk segiempat panjang atau bujur sangkar dengan ukuran 12-15 cm atau lebih, tergantung keadaan batang pokok (± 20 cm di atas permukaan tanah )
· Kulit diangkat dengan sudip atau pisau, jangan sampai melukai kayu. Setelah kulit terangkat, ditutupkan lagi dan diikat untuk menjaga kambium batang pokok tidak mengering.
· Buat mata yang berbentuk segi empat, yang ukurannya lebih kecil.
· Mata ditempelkan pada bagian batang pokok yang telah dihilangkan kulitnya, lalu diikat dengan pita plastik dari bawah ke atas. Sebelum diikat dengan pita plastik, tempat sayatan dapat dioles dulu dengan parafin untuk menutup bekas luka.
· Setelah 2-3 minggu ikatan plastik dibuka. Apabila mata tunas masih hijau, ada harapan hasil tempelan jadi. Biarkan beberapa hari. Kemudian baru dipotong ± 1 cm di atas tempel miring ke belakang. Setelah tunas sedikit panjang harus diluruskan dengan tali, dengan cara diikatkan pada tinag yang didirikan dekat batang pokok. Dengan demikian pertumbuhan tunas dapat tegak lurus.
5. Tempel Jendela
· Mata tunas tidak tertutup seluruhnya, karena masih ada bagian yang terbuka di bagian tengah, persis di tempat calon tunas akan keluar, seakan-akan ada jendelanya.
· Penempelan ini ada dua cara yaitu :
1. ± 15 cm dari permukaan tanah buatlah garis verikal yang berjarak ± 1¼ cm menuju ke atas, yang kemudian bertemu pada ketinggian ± 21 cm dari permukaan tanah.
2. ± 21 cm dari permukaan tanah buatlah garis melintang dengan panjang ± 1¼ cm, dari kedua ujung garis melintang tersebut buatlah dua garis tegak lurus ke bawah sepanjang kurang lebih 5 cm.
Baik cara 1 dan 2 kulit diangkat dengan sudip atau pisau, dan jangan sampai merusak kambium. Kemudian setelah diangkat, terus ditarik ke bawah. Di tengah-tengah lidah kulit yang telah ditarik , buatlah lubang dengan panjang ± 9 mm. Lubang ini disebut jendela.
· Mata yang telah disiapkan dengan panjang ± 4 cm dan lebar ± 1 cm ditempelkan pada batang pokok yang telah diangkat kulitnya, kambium persis bertemu kambium. Sedang calon tunas harus tepat terletak pada lubang, sehingga calon tunas tidak tertekan kulit. Tetapi kulit di sekitar calon tunas harus dapat menempel betul, sehingga hubungan kambium dengan kambium dapat menempel erat.
· Bekas luka selanjutnya ditutup dengan lilin, setelah itu dapat diikat tali plastik
· Untuk mempercepat pertumbuhan tunas dapat diperlakukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Di atas mata disayat melingkar dengan lebar ± 2 ½ cm.
2. Di atas mata dimulai dari muka diiris ± separuh tebal batang, kemudian batng dilengkungkan ke belakang.
3. Dapat langsung dipotong di atas mata ( 1 cm atau 10 cm), menurut keperluannya untuk ikatannya tunas atau tidak.

Perawatan Tanaman Okulasi di Pembibitan

· Ikatan dibuka ± sesudah 3 minggu, jika berhasil mata masih kelihatan hijau, segar dan sudah terikat dengan batang pokok. Biarkan beberapa hari sampai satu minggu, bila masih tetap hijau harapan jadi lebih besar. Kemudian batang pokok bisa dipotong 1 cm di atas mata miring ke belakang, sehingga kalau ada air dari atas mengalirnya menuju ke belakang atau tidak menetesi mata.
· Pemotongan batang pokok dapat juga ± 10 cm di atas mata, maksudnya bila mata telah tumbuh jadi tunas yang panjang dapat untuk mengikat tunas tersebut supaya menjadi lurus. Apabila tinggi tunas telah mencapai ± 30 cm, sisa batang pokok di atas mata lalu dipotong, potongan miring ke belakang ± 1 cm di atas mata. Bekas luka potongan ditutup dengan lilin, ter untuk tanaman, cat atau fungisida.
· Cara lain, batang pokok tak langsung dipotong, tetapi dicincin (disayat melingkar) 10 cm di atas mata. Maksudnya untuk mempercepat pertumbuhan, atau dengan dikerat sebagian 10 cm di atas mata, kemudian dirobohkan ke belakang, dan setelah tunas tumbuhan dengan baik bisa segera dipotong.
· Batang pokok setiap hari harus disiram, kalau perlu dipupuk ulang supaya pertumbuhan mata tempel menjadi lekas besar. Setelah berumur 1 tahun sejak ditempel, bibi tempel sudah dapat ditanam di lapangan.
· Sebaiknya 2 bulan sebelum pindah, akar tunggang dapat dipotong, sementara masih berada di tempat pembibitan. Pemotongan dapat dengan sekop pipih yang tajam, dengan sudut 45° , jarak ± 20-30 cm dari batang, dikerjakan 4-5 kali berkeliling tanaman, supaya akar tunggangnya betul-betul putus. Maksudnya untuk mendorong terbentuknya cabang-cabang akar, dengan banyak akar-akar serabutnya pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih cepat serta akan mengurangi goncangan pada waktu tanaman dipindah.
· Tanaman okulasi atau sambung jangan sampai kekeringan, selalu disiram yang teratur, demikian juga setelah dipotong, sehingga akan mempercepat tumbuhnya tunas. Diusahakan jangan menyiram tanaman okulasi /sambung pada bagian yang masih diikat atau yang belum keluar tunasnya, nanti mata akan busuk karena kambiumnya terkena air. Hal ini sering ada kekeliruan dengan cangkok, cangkok kalau kering harus selalu disiram teratur supaya akarnya keluar.
· Biasanya kira-kira 20 hari sesudah dibuka dan dipotong sudah keluar tunasnya. Sesudah berumur ± 1 tahun sejak diokulasi/ditempel tanaman sudah dapat dipindah ke lapangan, dengan jalan dikeranjang lebih dahulu atau sistem cabutan. Sesudah dikeranjang untuk menjamin tidak layu dan tidak mati sebaiknya direndam terlebih dahulu selama beberapa jam. Untuk yang cabutan daun-daun harus dipangkas tinggal kira-kira 1/3 panjang daun, kemudian dibungkus dengan gedebog yang rapat baik bagian atas dan bawahnya, akar tunggang bila terlalu panjang bisa dipotong, panjang tinggal ± 20-30 cm, tetapi akar serabut jangan banyak dipotongi. Dengan sistem cabutan sebenarnya lebih baik, karena bila ada HPT pada akar dapat segera diberantas, bagian yang sakit segera dipotong dan diobati.
· Pada waktu tumbuh tunas baru, baik sebelum di keranjang, sesudah di keranjang atau sesudah ditanam di lapangan segera disemprot dengan insektisida untuk menghindari serangan lalat, ulat daun dan hama lainnya, karena tunas muda sangat disenangi hama. Penyemprotan kalau perlu bisa lebih dari satu kali sampai daun menjadi cukup dewasa.
· Sesudah dua tahun, tinggi bibit sudah dapat mencapai 90-120 cm.

Pemeliharaan

· Ikatan dibuka ± sesudah 3 minggu, jika berhasil mata masih kelihatan hijau, segar dan sudah terikat dengan batang pokok. Biarkan beberapa hari sampai satu minggu, bila masih tetap hijau harapan jadi lebih besar. Kemudian batang pokok bisa dipotong 1 cm di atas mata miring ke belakang, sehingga kalau ada air dari atas mengalirnya menuju ke belakang atau tidak menetesi mata.
· Pemotongan batang pokok dapat juga ± 10 cm di atas mata, maksudnya bila mata telah tumbuh jadi tunas yang panjang dapat untuk mengikat tunas tersebut supaya menjadi lurus. Apabila tinggi tunas telah mencapai ± 30 cm, sisa batang pokok di atas mata lalu dipotong, potongan miring ke belakang ± 1 cm di atas mata. Bekas luka potongan ditutup dengan lilin, ter untuk tanaman, atau cat.
· Cara lain, batang pokok tak langsung dipotong, tetapi dicincin (disayat melingkar) 10 cm di atas mata. Maksudnya untuk mempercepat pertumbuhan, atau dengan dikerat sebagian 10 cm di atas mata, kemudian dirobohkan ke belakang, dan setelah tunas tumbuhan dengan baik bisa segera dipotong.
· Batang pokok setiap hari harus disiram, kalau perlu dipupuk ulang supaya pertumbuhan mata tempel menjadi lekas besar. Setelah berumur 1 tahun sejak ditempel, bibi tempel sudah dapat ditanam di lapangan.
· Sesudah dua tahun, tinggi bibit sudah dapat mencapai 90-120 cm.
· Sebaiknya 2 bulan sebelum pindah, akar tunggang dapat dipotong, sementara masih berada di tempat pembibitan. Pemotongan dapat dengan sekop pipih yang tajam, dengan sudut 45° , jarak ± 20-30 cm dari batang, dikerjakan 4-5 kali berkeliling tanaman, supaya akar tunggangnya betul-betul putus. Maksudnya untuk mendorong terbentuknya cabang-cabang akar, dengan banyak akar-akar serabutnya pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih cepat serta akan mengurangi goncangan pada waktu tanaman dipindah.

4 komentar: